Jumat, 03 Agustus 2012

Balada Perempuan, Kala Perempuan Bersuara…


Ketika perempuan bicara, kata-katanya mampu membungkam dunia dan selama masih ada perempuan maka masih ada kisah kehidupan. Terbuktikan dalam sekumpulan kisah Balada Perempuan yang disuguhkan dalam buku ini. Memang benar, ketika suara-suara perempuan diperdengarkan, sesungguhnya akan menjadi kegaiban yang mesti kita kuak dengan nurani, sebab suara perempuan ialah bahasa sanubari.

Balada Perempuan menguak sejuta kisah yang dialami perempuan. Tawa, tangis, luka, kgejolak batin, cinta, persimpangan, mimpi, semangat, kematian, kehidupan, keberanian, ketegasan, bertahan hidup dan inspirasi disuguhkan dalam buku Balada Perempuan.

Tujuh adalah angka kesempurnaan. Demikian juga dengan buku Balada Perempuan, ini adalah buku pertama yang ditulis oleh tujuh wanita keroyokan. Mereka berbeda asal, beda wajah, suku, kepribadian, agama, warna kulit, bentuk rambut, namun memiliki mimpi yang sama.

Penulis-penulis Balada Perempuan ini telah terlebih dahulu mengenyam dunia jurnalistik dari Pers Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan. Kini mereka merajut impian bersama lalu mewujudkannya dalam satu organisasi yaitu Koper Indie (Komunitas Perempuan Indie).  Ketujuh penulis ini antara lain Yama Kaze, Wulantsubaki, Quelle Idee, Dwifani, Riendytha Nasution, Ayoe Lestari dan Novita Sari Simamora.  Mereka bertujuh adalah mahasiswa Unimed yang tak lelah bermimpi. Dan dengan keberaniannya mereka menjemput impiannya. Mewujudkan menjadi nyata.

Dalam Balada Perempuan, ada kisah “Dunia di Bawah Meja.” Mengajak untuk memiliki keberanian. Pembaca diajak untuk masukilah dunia yang dibuat, lalu rasakanlah betapa indahnya melukis duniamu sendiri. Sangat menakjubkan, karena dalam dunia ini kita diberi kebebasan untuk meramu kebahagiaanmu sendiri.

Kelembutan, kehidupan dan cinta ada pada perempuan. Namun kita juga dapat melihat ketegasan perempuan menentukan pilihan hidup. Buku ini menguak kisah wanita yang aktif dalam dunia tulis-menulis, yang menamatkan bangku pendidikan di bidang pendidikan. Karena tuntutan orangtuanya ia berusaha menjadi wanita dewasa dan ia membahagiakan orangtuanya dengan caranya sendiri.

Disuguhkan juga, bagaimana bila perempuan sudah buka bicara mengkritisi pemerintahan yang tidak becus mengurusi rakyat dan sudah membuncit sambil ber-AC di kursi panas. Balada Perempuan menyuguhkan hal tersebut sebagai tahun panas yang dilanda konflik politik, penuh intrik dan taktik licik para ahli politik.

Bukan hanya mengkritisi ambisi pemimpin negeri. Pembaca juga diajak untuk berfikir positif dalam kebenaran. Dengan mengambil contoh sederhana yaitu tentang proses penerimaan diri dan menghimbau pada nurani untuk berfikir positif. Buku ini juga mengajarkan kita untuk mendengarkan suara hati. Jika suara hati resah, maka mengadulah pada Sang Raja Semesta.

Perempuan-perempuan yang menulis buku ini adalah perempuan yang memiliki motivasi. Impian yang dipadukan dengan pandangan positif dan menjadi harapan lalu nyata. Naskah-naskah yang disajikan dalam buku ini akan mengajak pembaca menjadi orang-orang yang tangguh, dewasa, bijaksana, jujur dan mandiri.

“Aku perempuan. Perempuan yang dapat mengubah duka menjadi suka, tangis menjadi tawa, benci menjadi cinta dan kematian menjadi kehidupan,” mengutip dari puisi pembuka Balada Perempuan.

Buku ini menyajikan sekelumit suara-suara perempuan. Siapa yang dapat mendustai syair hidup yang diiringi nada-nada indah nan menawan. Buku Balada Perempuan diterbitkan oleh Mataniari Project, pada April 2012. Jumlah halaman Balada Perempuan mencapai 150 halaman dan kamu dapat memiliknya, hanya dengan membayar Rp. 40 ribu.
Atau kamu bisa menghubungi 085762888702 untuk membeli buku ini.




2 komentar: