Selasa, 15 Januari 2013

Andai Ayahku Seorang Dewa Bumi


Bumi. Ini adalah hunian kita. Pencipta berpesan, agar kita berkuasa atas segala ciptaan-Nya, menjaga.

Entah kenapa telingah mulai risih mendengar jeritan-jeritan. Kalut. Terlalu penuh dengan nista di bumi ini. Layakkah aku meminta Dewa Bumi menjadi ayahku. 

Satu permohonanku kepada ayah bila ia menjadi Dewa Bumi. Engkau berkuasa atas tanah.

“Tanah?”

Iya tanah yah…

“Kenapa?”

Selama ini ayah tidak mengetahui sudah berapa ratus juta nyawa yang (sengaja di) hilang mempertahannya tanahnya. Bahkan mereka mati di atas tanahnya sendiri yah.

“Lalu?”

Lalu yang bukan pemiliknya dibela oleh orang-orang besar itu yah! Mereka dibiarkan memiliki tanah, berpesta, meraih hasil dan menghilangkan jejak pemilik sesungguhnya dengan tanah juga. Itu juga demi angka!

“Apa yang dapat ayah perbuat?”

Keadilan!

Dibalik Narasi Sumatera


Bertemu pemuda-pemuda Sumatera ibarat bertemu saudara kandung pernah hilang. Tiada rasa sungkan dalam mengungkapkan perasaan, baik kisah percintaan, ekonomi,perkuliahan bahkan keluarga. Setiap pertemuan demi pertemuan selalu dikemas dalam tawa walau sang pencerita dalam kelam masalah. Bagian tersebut adalah bagian yang sangat saya sukai saat berbagi kisah kepada pemuda se-Sumatera?

“Panjang, Dalam dan Terasa” telah mempertemukan 20 pemuda se-Sumatera. Ini jua kata kunci penghilang stress saat pertemuan ditaja.