Selasa, 28 Mei 2013

Rimbun Rindu #KayuHangat



Langit mengadu
Rintik pertama hadir usai sujud

Aroma rintik selalu segarkan raga
Lelapkan mata sejukkan jiwa
Guyon khayak menggoda rindu
Tempias bungkam gelora sendu

Ini adalah malam pertama mendengar cerita hujan dari #KayuHangat. Masih tetap terjaga.

Rintik-rintik berlomba jatuh. Ada yang setitik. Jatuh ke tanah, dedaunan, nisan kuburan, parit maupun genting rumah. Tetesan itu menjadi butiran-butiran yang seper sekian lebih kecil.

#KayuHangat nama ruang 2x3 meter. Ia selalu melindungiku. Nyaman. Tak hendak rasa hati duduk ataupun baring berjam-jam. Sendiri dalam ruangan tak baik.

Sendiri. Sesekali bersendagurau dengan imajinasi. Mengingat senyum mereka. Sesekali mata melirik jam tangan, mengingat kebiasaan yang dilakukan pada waktu itu. Sesekali bertanya dalam hati, apa yang dilakukan mereka saat ini.

Lipatan isi kepala membuat bibir tersenyum kecil mengenang rumah bercat putih yang selalu ramai walau cinderela dan kereta kudanya berubah.

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
Sampai engkau meraihnya..


Lembaran rindu itu harus kulipat lamat-lamat, kecil. Berdamai dengan diri sendiri. Bunda pernah bilang jangan terjebak. Ayah pernah bilang jangan terlena.

"Semua orang punya tangan dan kepala. Silahkan tentukan pilihan sendiri, jangan sampai menyesal kelak."

Masih teringat jelas wajah sang pemberi nasihat, sebelum burung besi membawaku singgah di #KayuHangat.


Ini hanya tempat persinggahan. Masih banyak di luar dari daerah ini, di luar dari pikiranku menantikan jejakku. Malam ini aku akan melipat lembaran rindu itu pelan-pelan, hingga lembar yang lebar menjadi kecil, kecil, kecil dan semakin mengecil.

Bentuknya kini hampir satu ruas kelingkingku. Bak peracik obat, menghaluskan pil dan kapsul menggunakan mortir dan stamper. Racikan dibagi sama rata di atas beberapa kertas. Dilipat.

Kelak ia akan jadi penawar dan kekuatan..
Kusimpan rapi...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar