Minggu, 28 Oktober 2012

My Internasional Flight

Airportnya penuh dengan orang lalu lalang. Kebanyakkan orang-orang yang berada di sekitar saya lebih tinggi daripada saya, berkulit putih dan cap-cus berbicara bahasa Inggris. Saat saya turun dari pesawat, langsung menuju ada karpet biru, sebelah kanan dan kiri kaca, pada ujung jalan ada pengawas perempuan berambut pirang, sambil memegang handytalk (HT) sembari mengarahkan penumpang menuju jalan lain.

Penumpang yang turun dari pesawat berjalan dengan sangat cepat, langkah yang lincah. Tak ada seorang pun yang memegang handphone sambil jalan, bila pun ada maka orang itu menghentikan jalannya lalu menyingkir dari tengah, berbeda sekali dengan di Indonesia yang sudah membiasakan diri berjalan sambil memegang handphone dengan langkah yang cenderung santai.

Saat saya mulai mengikuti langkah cepat mereka, saya tetap saya didahului (mungkin karena kaki saya tak sepanjang mereka) padahal orang-orang yang mendahului berjalan membawa ransel yang lebih besar, dengan koper di tangan kiri. Sontak saya sempat berhenti sejenak menikmati atmosfer airport. Baik pria, wanita serta anak-anak berjalan lincah hilir mudik kurang memperhatikan kiri kanan, tatapan ke depan mencari claim bag.



Saya dari Medan berangkat sendiri, sedangkan peserta dari Indonesia Yermias Degei  dan Viodeoga Seno sudah berangkat bertemu di bandara Soekarno Hatta untuk melakukan perjalanan bersama ke Melbourne. Beruntungnya, sebelum menuju Melbourne, saya harus nyambung pesawat di Malaysia (seperti angkot aja, pakai nyambung kendaraan).

Ini adalah miniatur pesawat di Malaysia. Coba perhatikan bagian belakang foto, ada taman di belakang bandara. Kita bisa menikmati hijau pepohonan dari Bandara Malaysia
Setiba di bandara Malaysia rasa ingin menginjak ingin menginjak ibu kota yang belum pernah saya jajaki terobati sudah. Sunyi. Dibandingan dengan Bandara Internasional Polonia Medan, bandara di Malaysia tergolong sunyi bagi saya. Tak ada orang yang berbicara laksana memanggil orang disebarang gunung. Eskalator berjalan berada disepanjang bandara. Ini escalator buka escalator naik, tapi escalator  datar, bila ingin lebih cepat langsung saja menggunakan escalator dan kita juga dapat berjalan di escalator ini. Lantainya tiada berpasir, ini saya katakana karena saya melihat ada seorang balita merengek-rengek lalu berguling-guling di dekat escalator sambil mengejar ayahnya, balita ini sudah kayak tentara aja, maju berguling.

Di dalam bandara Malaysia juga ada train. Ada 31 pintu masuk ke pesawat, dan saya mendapatkan gate C26 (new gate) lalu perempuan dengan dialek Melayu menggunakan Bahasa Inggris menunjukkan lokasi train. Sejauh yang saya lihat, masih ada dua train disini dan ia berjalan dari C1 menuju C31. Awas jangan salah turun, karena saya salah turun, mau tahu kenapa?

Saat menunggu train, antrian cukup panjang. Train yang saya naiki ini berada di dalam ruang, sebelumnya saya sudah melewati pintu itu, dan saya anggap itu adalah pintu lift. Lebar pintunya train dua kali lipat dari pintu lift. Kondisinya, tiga pintu saling berdekatan dengan tiga bangku panjang untuk menunggu train. Saya duduk di bangku itu, menghadap pintu besi yang dapat memantulkan wajah kita. Lalu saya perhatikan di belakang saya juga ada tiga pintu yang sama. Hanya dalam jangka waktu satu menit tiga pintu dihadapan saya terbuka, lalu saya bingung, pintu yang mana saya harus masuk. Saya juga melihat tiga pintu dibelakang saya juga terbuka. Dan akhirnya saya memilih masuk ke pintu yang paling padat dimasukkan orang dan alhasilnya saya tak dapat tempat duduk. Berdiri dan mangantungkan tangan pada tali. Saat berdiri, badan saya mengikuti laju train, ke depan, saya melihat pintu yang sunyi orang ternyata banyak tempat duduk yang kosong. Alamak!!!

Train yang saya naikki memiliki tiga pintu. Tiga pintu tiga gerbong.

Sambil begelantungan saya memperhatikan orang-orang yang duduk di train, padahal ini masih Malaysia, namun saya kesulitan mencari orang yang berkulit seperti saya. Banyak orang India (saya lihat dari pakaian dan wajah), Tionghoa (saya melihat matanya), Korea (bahasa yang agak aneh) dan juga banyak orang kulit putih, bulek. Di dalam train saya mendengar bahwa train akan melaju dari C1 hinga C31, perhentian pertama saya lihat di C1-C7. Semua orang yang ada di train keluar. Saya diam. Lalu mengekor dari belakang, lalu jadilah saya orang mengukur luasnya bandara Malaysia. Menyusuri lantai ruang demi ruang, lantai  dan gedung. Dan akhirnya saya menikmati perjalanan dari



(ssst….udah dulu ya, karena skrg udah jam 5 pagi. Belum ada tidur. Dan bakal ada pertemuan jam 8 pagi)

Alhamdullilah (Halleluya)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar