Ketika perempuan bicara,
kata-katanya mampu membungkam dunia dan selama masih ada perempuan maka masih
ada kisah kehidupan. Terbuktikan dalam sekumpulan kisah Balada Perempuan yang
disuguhkan dalam buku ini. Memang benar, ketika suara-suara perempuan
diperdengarkan, sesungguhnya akan menjadi kegaiban yang mesti kita kuak dengan
nurani, sebab suara perempuan ialah bahasa sanubari.
Balada Perempuan menguak
sejuta kisah yang dialami perempuan. Tawa, tangis, luka, kgejolak batin, cinta,
persimpangan, mimpi, semangat, kematian, kehidupan, keberanian, ketegasan, bertahan
hidup dan inspirasi disuguhkan dalam buku Balada Perempuan.
Tujuh adalah angka
kesempurnaan. Demikian juga dengan buku Balada Perempuan, ini adalah buku
pertama yang ditulis oleh tujuh wanita keroyokan. Mereka berbeda asal, beda
wajah, suku, kepribadian, agama, warna kulit, bentuk rambut, namun memiliki
mimpi yang sama.
Penulis-penulis Balada
Perempuan ini telah terlebih dahulu mengenyam dunia jurnalistik dari Pers
Mahasiswa Kreatif Universitas Negeri Medan. Kini mereka merajut impian bersama
lalu mewujudkannya dalam satu organisasi yaitu Koper Indie (Komunitas Perempuan
Indie). Ketujuh penulis ini antara lain
Yama Kaze, Wulantsubaki, Quelle Idee, Dwifani, Riendytha Nasution, Ayoe Lestari
dan Novita Sari Simamora. Mereka
bertujuh adalah mahasiswa Unimed yang tak lelah bermimpi. Dan dengan
keberaniannya mereka menjemput impiannya. Mewujudkan menjadi nyata.
Dalam Balada Perempuan,
ada kisah “Dunia di Bawah Meja.” Mengajak untuk memiliki keberanian. Pembaca
diajak untuk masukilah dunia yang dibuat, lalu rasakanlah betapa indahnya
melukis duniamu sendiri. Sangat menakjubkan, karena dalam dunia ini kita diberi
kebebasan untuk meramu kebahagiaanmu sendiri.
Kelembutan, kehidupan dan
cinta ada pada perempuan. Namun kita juga dapat melihat ketegasan perempuan
menentukan pilihan hidup. Buku ini menguak kisah wanita yang aktif dalam dunia
tulis-menulis, yang menamatkan bangku pendidikan di bidang pendidikan. Karena
tuntutan orangtuanya ia berusaha menjadi wanita dewasa dan ia membahagiakan
orangtuanya dengan caranya sendiri.
Disuguhkan juga, bagaimana
bila perempuan sudah buka bicara mengkritisi pemerintahan yang tidak becus
mengurusi rakyat dan sudah membuncit sambil ber-AC di kursi panas. Balada
Perempuan menyuguhkan hal tersebut sebagai tahun panas yang dilanda konflik
politik, penuh intrik dan taktik licik para ahli politik.
Bukan hanya mengkritisi
ambisi pemimpin negeri. Pembaca juga diajak untuk berfikir positif dalam
kebenaran. Dengan mengambil contoh sederhana yaitu tentang proses penerimaan
diri dan menghimbau pada nurani untuk berfikir positif. Buku ini juga
mengajarkan kita untuk mendengarkan suara hati. Jika suara hati resah, maka
mengadulah pada Sang Raja Semesta.
Perempuan-perempuan yang
menulis buku ini adalah perempuan yang memiliki motivasi. Impian yang dipadukan
dengan pandangan positif dan menjadi harapan lalu nyata. Naskah-naskah yang
disajikan dalam buku ini akan mengajak pembaca menjadi orang-orang yang
tangguh, dewasa, bijaksana, jujur dan mandiri.
“Aku perempuan. Perempuan yang dapat mengubah duka menjadi suka, tangis menjadi tawa, benci menjadi cinta dan kematian menjadi kehidupan,” mengutip dari puisi pembuka Balada Perempuan.
Buku ini menyajikan
sekelumit suara-suara perempuan. Siapa yang dapat mendustai syair hidup yang
diiringi nada-nada indah nan menawan. Buku Balada Perempuan diterbitkan oleh
Mataniari Project, pada April 2012. Jumlah halaman Balada Perempuan mencapai
150 halaman dan kamu dapat memiliknya, hanya dengan membayar Rp. 40 ribu.
Atau
kamu bisa menghubungi 085762888702 untuk membeli buku ini.
izin copy ya nov. mau ku copy ke blog q
BalasHapusSilahkan ya darl...
BalasHapus