Rembulan begitu
terang malam itu. Bulat sempurna. Kuning bercahaya, dari tempatku berpijak saat
ini tampak seperti ada benua di bulan yang terang itu. Rumah tempatku tinggal
menghadap ke Selatan, untuk menikmati cahaya itu aku menghadap ke Timur.
Menggagkat kedua tangan tinggi lalu merenggangkan tubuh terkhususnya tulang
punggung.
Senyum terindah
pada Dewi Bulan sebelumku masuk ke dalam rumah. Dari daun pintu aku sudah dapat
melihat adikku, Satria Arya yang kini berusia sembilan tahun duduk sambil
memegang pulpen di tangan kanan membaca buku bacaannya lalu menulis pada buku
bergaris walau sesekali matanya melirik ke televisi. Satria Arya kini duduk di
kelas III SD YPK Budi Murni 7. Postur tubuhnya cukup tinggi dibanding dengan
teman sekelasnya. Arya panggilannya. Ia sudah sepundakku.
Saat aku
mendekatinya, Arya kembali fokus pada buku di depannya.
“Kakak nggak makan?”
“Bentar lagi,”
sambil kubaca tulisan pada buku tulisnya.
“Aduh… Sakit
perutku!”
“Jangan banyak
alasanya Arya!”
Melihat aku dan
Arya bersama saat belajar, biasnaya membuat mamaku tertawa karena ulah Arya.
Aku tahu yang ada di dalam pikiran mamaku. Pasti ada aja alasan aneh dari Arya
yang tidak dapat dihindari saat belajar. Mulai dari lapar tiba-tiba walau sudah
makan, sesak kencing yang dapat dia lakukan tiga kali dalam dua jam, bahkan ia bisa
saja sesak berak tiba-tiba dan berlama-lama di kamar mandi.
Kami semua sudah
maklum saja, karena Arya adalah anak bungsu. Dan aku sebagai anak sulung selalu
saja mendengar laporan-laporan aneh Arya bila sampai di rumah. Ucapnya sering
menghiburku. Arya berusia sembilan tahun dan kini aku berusia 23 tahun.
Perbedaan yang cukup terasa. Arya lahir saat aku duduk dibangku SMP.
Usai mengajarinya,
kami tidur bersama dalam satu kamar. Kipas yang tak bisa dihentikan. Bila kipas
terhenti, ia spontan akan bangun.
Mungkin saat kau
membaca ini kau sudah menginjak remaja dan mengatakan “gak mungkin aku kayak
gini,” Tapi itulah kenyataannya dek. Kita juga dulu pernah lomba makan banyak.
Karena di rumah hanya kita berdua yang paling kurus, sedangkan bapak, mama,
Putrid an Indra semua berbadan besar. Mereka algojo kita semua dek. With love.
And big hug.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar