Penghujung 2012, orangtua mengajak merayakan
pergantian tahun di kampung mamak, Tigalingga. Itu ritual tahunan yang
dilakukan. Jika ditempuh dengan mobil, butuh waktu 4 jam—5 jam dari Kota Medan, Sumatera Utara.
Namun, saat itu
saya bersikeras untuk merayakan pergantian tahun dengan cara dan situasi
berbeda.
Itu pertama kalinya saya merayakan pergantian
tahun tak bersama orangtua. Cukup sulit untuk mendapatkan SIM (surat izin mendaki)
gunung dari orangtua, apalagi bertepatan dengan ritual yang tahunan.
Dapat izin atau tak, yang terpenting saya
sudah pamit dan minta izin pada orangtua. Batin berkata, “Kan masih ada waktu
tahun depan untuk pulang kampung dan bermaaf-maafan.”
Mendaki Gunung Sinabung tetap saya lakukan.
Menikmati kembang api dari Danau Lau Kawar. Ada yang menembakan kembang api ke
arah gunung. Ada pula yang mengarahkan ke langit yang berada di atas danau.
Sesekali permukaan air danau berubah warna.
Merah. Hijau. Kuning. Saya dapat melihat kembang api di langit dan permukaan
air. Semburat kembang api kembar mengajak penikmat tersenyum lebar.
Mencari handphone dan camera untuk mengabadikan semburat bercahaya itu. Sembari menikmati warna-warni, saya menceritakan target-target
yang dilakukan. Optimis target pasti tercapai.
Bila target utama tak tercapai, saya telah
memasang target alternatif.
***
Bilik Kayu Putih "My Home Sweet Home'" |
Ritual perayaan pergantian tahun 2013 ke 2014 sangat berbeda dengan ritual
dari tahun sebelumnya.
Ini yang kedua kalinya saya merayakan pergantian tahun
tak bersama kedua orang tua, adik-adik, serta keluarga besar dari bapak dan
mamak.
2014. Suara percikan kembang api yang
ditembakan ke langit kian ramai berhutan, terkhusus jelang menit-menit
pergantian tahun. Bak suara senapan yang saling bersahutan.
31 Desember 2013 malam, teman sekos mengajak
keluar untuk melewati detik-detik pergantian tahun di bawah langit Jakarta yang
diguyur hujan sedari subuh hingga magrib.
Malam ini, saya teringat dengan setahun
silam. Berjaket tebal, sesuka hati mengisi paru-paru dengan udara segar dari
pepohonan di kaki Gunung Sinabung.
Bercerita ngalor-ngidul tentang impian.
Target.
Harapan baru, demi hidup yang lebih baik.
Kegagahan Gunung Sinabung dan keindahan Danau
Lau Kawar menjadi saksi atas target-target serta cita-cita hendak diraih untuk 2013. Ada
yang tercapai dan ada yang tak.
Menjadi manusia berkualitas, berkecukupan,
sehat dan bahagia sudah cukup bagiku. Meski tak pernah berharap hidup di
Jakarta, tapi saya mengira ini mungkin salah satu jalan untuk meraih impian.
Duduk di kamar kos, ditemani Laptop. Menikmati pergantian tahun dengan musik
piano sonata Mozart.
Bagi saya, ini adalah waktu untuk berbicara
dengan diri sendiri. Setelah melewati setahun yang lebih banyak berdialog dan
mendengar manusia lain. Saya akan bermonolog. Semoga saya tak lupa cara
bermonolog.